Welcome

Enjoy in this blog

Sabtu, 12 November 2011

Hidup Senantiasa Berubah

Kapankah keadaan kita akan berubah, kita tak pernah tau kecuali kita sudah berusaha untuk berubah.  Dalam situasi apapun, sekecil apapun, pasti akan terjadi perubahan dalam setiap detik waktu yang meninggalkan kita. Disadari ataupun tidak disadari, itu semua akan terjadi, mau ataupun tidak mau, terima ataupun tidak terima. Bahkan keadaan yang kita anggap tetap sekalipun, sebenarnya juga berubah seiring bertambahnya detak jam yang terus bergerak, seiring bergeraknya roda kehidupan dan seiring dengan aktifitas yang kita jalankan.

Pertanyaannya, apakah kita mau berubah? Atau kita ganti pertanyaannya, apakah kita siap berubah? Atau bahkan kita ganti lagi pertanyaannya menjadi, apakah kita siap dengan perubahan?
Ketika kita sudah mau berubah, berubah menjadi lebih baik, menjadi lebih manusiawi,  kita harus siap dengan konsekuensi dengan perubahan yang kita inginkan. Kita harus menyesuaikan diri dengan semua perubahan, karena kita tidak bisa membuat perubahan menyesuaikan dengan diri kita. Atau mungkin ada orang yang sanggup membuat perubahan menyesuaikan dengan keadaannya?
Ketika kita mau berubah, siap untuk berubah, namun perubahan yang kita inginkan tidak sesuai yang diharapkan atau bahkan bertolak belakang dengan semua yang kita inginkan, sanggupkah kita bertahan? Mampukah kita menerima semua perubahan tersebut kemudian membalikkannya menjadi perubahan yang bermanfaat bagi kita? Diperlukan sebuah pribadi yang tangguh, pribadi yang siap dengan segala  konsekuensi yang akan diterimanya dengan apa yang dia lakukan. Diperlukan pribadi yang matang, yang mampu mengubah kesedihan menjadi senyum bahagia, yang mampu menjadikan kekesalan menjadi kelapangan yang luas, yang mampu membuat keterbatasan menajadi anugrah yang takterbatas.
Sulit memang, ketika kita diminta membuat kesedihan menjadi senyum bahagia, ketika  terpukul menjadikan sebuah tenaga untuk menjadi lebih kuat, ketika kita terjatuh menjadikan kita mampu berdiri lebih kuat, mengetahui yang membuat kita jatuh dan memperbaikinya. Ketika kita terpuruk, kita mampu membuatnya menjadi energi yang tak terbatas untuk bangkit mengejar harapan yang telah jauh beranjak dari tempat kita. Ketika kita memiliki banyak keterbatasan, kita mampu membuatnya menjadi sebuah anugrah yang tak terbatas, menjadi energi yang mampu  melambungkan kita diatas manusia yang merasa dirinya tidak punya keterbatasan.
Teori memang tak semudah dengan praktek. Teori memang tak semudah dengan realita. Semua pasti ada errornya, tugas kita sendiri untuk memperkecil error  itu menjadi sekecil mungkin hingga mendekati 0.  Namun, semua juga punya tantangan yang t jarang membuta kita tak mampu bangkit, tak mampu untuk berdiri, bahkan tak mampu untuk berpikir apa yang akan dilakukan. Disinilah peran orang sekitar kita, orang yang sayang dengan kita dan juga orang kita sayang. Perkataan  siapa lagi yang akan kita dengar selain perkataan  orang yang kita sayang? Perkataan siapa lagi yang akan mampu membuat kita semangat lagi, membuat kita memiliki kekuatan kembali, membuta kita memiliki energi yang lebih dari cukup untuk bangkit  kembali meraih apa yang menjadai tujuan kita, merubah diri kita menjadi lebih baik.
Tapi, jangan juga kau lupa dengan Sang Pencipta, yang menciptakan semua yang ada di dunia ini, termasuk perubahan itu sendiri, kesedihan itu, kehancuran itu, kebahagiaan itu, kesenangan itu. Mengadulah pada Dia, mengadulah pada-Nya. Kau akan temuka secercah harapan, menemukan oase di padang pasir, menemukan tempat berteduh dalam teriknya  perjalaan hidup ini.
 Tetaplah berjuang hingga kau tak sanggup mengartikan arti kata perjuangan itu sendiri. Tetaplah tegar, hingga kau tak sanggup untuk berjalan sendiri, tertunduk lemas  dalam hidupmu. Tetaplah berharap, hingga harapan itu sendiri yang kan meninggalkanmu, hingga  harapan itu sendiri yang telah jenuh denganmu. Dan tetaplah engkau percaya, bahwa perubahan apapun yang terjadi, kau seharusnya mampu mengatasinya, bahkan pastinya kau bis amengatasinya.


Kamis, 10 November 2011

TENTANGMU, TAKKA TERKIKIS WAKTU

‘Kubuka album biru, penuh debu dan usang
Kupandangi semua gambar diri, kecil bersih belum ternoda’
Aku tak punya album tentangmu, tak punya sedikitpun album kenangan tentangmu. Jika sekarang aku bisa, aku akan membuatnya, sebanyak yang aku bisa dan engakau mau
Bagaimana caraku mengingatmu? Bagiamana caranya kau harus menghapus air mataku ketika aku tau , aku tak punya sedikitpun tentangmu di dalam dunia nyata?
Setiap saat aku ingin memimpikanmu, berjalan bersama, bergandengan tangan, menjalani hidup bersama, merasakan pahitnya dunia, merasakan indahnya hidup, hanya denganmu, hanya denganmu.
Tapi kenapa sekarang kau tak ada, meninggalkan  aku sendiri disini, merana merindukanmu, mengharapkanmu kembali disini, menginginkan kau berada disampingku sekarang.
Yups, sudah hampir 5 tahun aku tanpamu. Berjalan sendiri, berharap menemukan teman, saudara, secercah harapan mengarungi hidup tanpamu. Begitu sulit rasanya tanpa dirimu disisiku. Tak ada tempat mengeluh, mengadu, berbagi cerita, berbagi rasa. Hanya sendiri, semuanya dilakukan sendiri. Saat itu, aku sangat mengahrapkanmu disisiku dan saat ini, aku sangat ingin engkau disini. Aku membutuhkanmu, walaupun mungkin kau hanya bisa datang melalui mimpi. Datanglah, datanglah, datanglah. Temui anakmu ini.
Aku sekarang sudah besar, ibu, aku sudah besar. Ternyata umurku sudah menginjak 21 tahun.  Tak inginkah kau melihatku?  Tak inginkah kau menemuiku walau hanya sejenak? Aku ingin bertemu denganmu, bagaimana caranya ? aku tak pernah tau. . .
Aku tau kau pergi bukan karena keinginanmu, aku tau kau sangat sayang padaku, apakah kau juga tau bahwa aku juga sangat menyayangimu? Apakah kau tau, dimasa-masa kecilku, masa-masa bendelku, aku selalu mengandalkanmu, aku selalu lari kepelukanmu dalam hal apapun. Aku ingin kembali melakukan itu, aku ingin memelukmu, sungguh, aku ingin memelukmu ibu.
Aku memang tidak punya album tentangmu, foto di hape, kamera atau apapun itu, tapi aku punya kenangan yang lebih abadi tentangmu, aku punya kau di hatiku. Setiap saat, ketika aku membuka kenangan itu, air mata tak akan mampu terbendung dari mataku, mengalir deras membasahi wajahku. Hanya dengan mengingatmu, aku bisa menangis. Kenangan ini, takkan terkikis oleh waktu, takkan terganti oleh apapun.
Kau pasti tau ibu, aku bukanlah orang yang cengeng, gampang sedih, gampang nangis, tapi ketika itu menyangkut tentangmu, aku selalu cengeng ibu, aku tidak bisa untuk tegar.  Kalau saja  aku boleh memilih, aku ingin kau disini. Andai saja boleh berandai-andai, aku ingin kau kembali sekarang disampingku. Jika saja aku masih boleh berkhayal ,aku ingin engkau memelukku sekarang.

Bagaimanapun, hidup akan terus berjalan walaupun aku ingin berhenti, seperti engkau yang terus pergi walaupun kau tidak mau. Aku harus tetap berada dalam hiruk pikuk manusia, aku harus tetap bersama mereka,menjalani sisa hidup yang mungkin saja masih panjang.
Ketika aku merindukanmu, aku hany bisa berharap bertemu denganmu di dalam mimpi. Ketika aku merindukanmu, aku hanya bisa membuka kenanganmu di hatiku dan menangis sendu. Ketika aku merindukanmu, aku hanya bisa berharap kau juga merindukanku. Ketika aku sedih membutuhkanmu, aku hanya berharap kau tersenyum disana penuh kebahagiaan, membrikan senyummu padaku. Mungkin, mungkin, hanya itu yang bisa aku lakukan sekarang, mungkin hanya itu. Walaupun sebenarnya akau ingin sekali memelukmu, ingin sekali.
Bahagialah engaku disana ibu, bahagialah engkau, berikan sedikit kekuatan untukku, untuk menjalani sisa hidup ini tanpamu ( lagi).

BETAPA AKU SANGAt MENYAYANGIMU,IBU